ANYER, siapa yang tak kenal dengan tempat ini. Tempat yang
tak hanya terkenal dengan pantainya, namun juga disebut-sebut dalam lantunan
lagu “Antara Anyer dan Jakarta”. Anyer juga menyimpan sebuah benda, saksi
sejarah dari bangsa ini. Bangunan bersejarah yang merupakan peninggalan Belanda
ini berada tepatnya di desa Cikoneng kampung Bojong. Bangunan yang terletak 5
km dari pusat Anyer ini merupakan mercusuar atau menara suar. Mercusuar ini
tampak mencolok sebab berada di tepi jalan yang menghubungkan kawasan wisata
Anyer-Carita.
Menara suar ini diyakini sebagai titik nol atau titik awal
dari pembangunan jalan Anyer-Panarukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda,
Daendels. Daendels adalah Gubernur Jenderal Hindia belanda ke 36 yang
memerintah dari tahun 1808 sampai dengan tahun 1811. Selain membangun rute
jalur Batavia – Banten, Pada tahun 1809-1810 Daendels juga membangun jalan dari
Anyer sampai Panarukan yang Jaraknya 1000 km.
Jika melihat dari tulisan yang tertera di atas pintu masuk,
mercusuar ini dibangun tahun 1885. Padahal jalan Anyer-Panarukan dibangun tahun
1825. Jadi, awalnya mercusuar ini dibangun pada tahun 1806, proyek jalan
Anyer-Panarukan baru dijalankan tahun 1825. Saat Gunung Krakatau meletus pada
tahun 1883. Mercusuar ini hancur, hanya menyisakan pondasinya saja. Pada dua
tahun kemudian, yakni1885, di bawah pemerintahan Z.M Willem III mercusuar ini
kembali dibangun (ada juga yang menyebutkan bahwa mercusuar ini adalah hadiah
dari Z.M Willem III). Jadi, bangunan mercusuar yang berdiri saat ini adalah
bangunan baru. Bahkan lokasinyapun berbeda dengan bangunan awal. Mercusuar yang
saat ini dibangun 500m lebih ke daratan, sementara untuk pondasi mercusuar lama
saat ini dijadikan sebagai tugu nol kilometer.
Bangunan setinggi 75,5 meter ini masih kokoh berdiri hingga
sekarang. Dinding bangunan terbuat dari baja setebal 2,5-3cm yang masih sangat
bagus. Dinding bangunannya secara rutin di cat ulang sedangkan bagian dalam
selalu dibersihkan agar tidak licin. Untuk mencapai puncak tertinggi mercusuar,
pengunjung harus naik tangga manual 286 anak tangga dari 18 lantai. Dari uncak
mercusuar inilah bisa terlihat pemandangan yang sangat indah.
Selain menjadi saksi bisu pembuatan jalan Anyer-Panarukan,
mercusuar ini juga merupakan saksi dari masa peperangan saat Jepang berusaha
merebut Indonesia. Salah satu bukti nyata terlihat di sisi luar bangunan
mercusuar dimana terdapat bekas tembakan meriam Jepang yang sudah di tambal
pada bagian dinding mercusuar (menurut beberapa sumber ada di lantai 2 dan 12).
Sesuai dengan namanya yaitu mercusuar, bangunan ini
berfungsi membantu navigasi kapal-kapal yang berlayar di Selat Sunda. Hingga
sekarang, mercusuar ini masih digunakan sebagaimana fungsinya untuk membantu
pelayaran. Pengelolaan dan pemeliharaan mercusuar ini dipegang oleh Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla). Mercusuar Anyer ini terdaftar dalam
Daftar Suar Indonesia (DSI) dengan nomor 2260. Cahaya lampu yang digunakan oleh
mercusuar ini sebesar 1000watt, dan mulai dinyalakan sejak pukul 18.00 hingga
pagi. Selain bohlam, juga terdapat kaca pembesar untuk memperluas jangkauan
sinar. Cahaya dari mercusuar ini bisa menjangkau sejauh 20-25mil (1mil= 1609 m)